Friday, July 4, 2008

Harga Minyak Semakin Tekan Perekonomian

Kompas, 4 Juli 2008 | 00:40 WIB

Brussels, Kamis - Kontraksi ekonomi yang terjadi di zona Eropa, Juni, lebih cepat daripada yang diperkirakan. Demikian hasil survei yang dikeluarkan pada Kamis (3/7) di Brussels, Belgia.

Indeks Manajemen Pembelian di zona Eropa (PMI) yang dikombinasikan dengan data dan riset Grup Markit turun menjadi 49,3 poin pada Juni dari 51,1 pada Mei lalu. Angka ini lebih buruk daripada perkiraan sebelumnya, yaitu 49,5 poin.

Penurunan indeks hingga di bawah angka 50 mengindikasikan telah terjadi kontraksi pada aktivitas sektor swasta sejak Juli 2003.

Sementara itu, indeks PMI untuk sektor jasa juga turun menuju 49,1 pada Juni dari 50,6 pada Mei lalu. Angka ini juga lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni 49,5.

Survei juga memperlihatkan harga-harga meningkat sehingga meningkatkan juga kekhawatiran terjadinya stagflasi. Stagflasi berarti pertumbuhan ekonomi rendah, tetapi dibarengi dengan laju inflasi yang sangat tinggi.

”Data PMI menunjukkan perkembangan lebih buruk dari perkiraan, menunjukkan prospek perekonomian lebih kelam di zona Eropa pada tahun ini. Sektor swasta di Spanyol dan Italia berada dalam resesi dan Prancis juga tengah dalam kontraksi. Pada saat yang sama, tekanan inflasi semakin tinggi,” ujar ekonom RBS Jacques Cailloux.

Konsumen Eropa juga memberikan peringatan kepada para peritel mereka hanya memiliki sedikit uang tersisa di dompet setelah membayar lebih banyak untuk bahan bakar minyak dan pangan.

Dengan laju inflasi di zona euro yang mencapai puncak serta tantangan dari sektor kredit yang semakin ketat, konsumen bersiap mengetatkan ikat pinggang. Harga saham peritel besar Inggris, Mark and Spencer, telah merosot hingga 20 persen setelah memperingatkan para investor laba mereka akan turun kuartal pertama tahun ini. ”Ini bukan semata-mata masalah Marks and Spencer, tetapi juga masalah umum yang dialami para peritel lainnya,” ujar CEO Marks and Spencer Chairman Stuart Rose.

Pesanan pabrikan AS

Pemesanan untuk pabrik-pabrik di AS juga melemah dalam tiga bulan terakhir. Jumlah pemesanan pada sektor pesawat terbang tidak dapat menutupi berkurangnya bisnis pada sektor mobil, mesin berat, dan baja.

Menurut data dari Departemen Perdagangan, order pabrik naik 0,6 persen pada Mei, artinya hanya separuh dari kenaikan April dan Maret. Angka itu merupakan pencapaian terburuk sejak order pabrikan menurun 0,4 persen mulai Februari lalu.

Para analis mengatakan, memburuknya order dalam tiga bulan terakhir disebabkan kenaikan harga minyak mentah dan bahan baku yang terkait seperti kimia.

Harga minyak mencapai rekor baru, 145 dollar AS per barrel. Global Insight, sebuah perusahaan proyeksi ekonomi, memperkirakan harga minyak AS jenis Texas Barat akan mencapai 160 dollar AS per barrel pada Desember mendatang. Padahal, perusahaan itu sebelumnya memperkirakan pada akhir tahun 2008 harga minyak akan mencapai 124 dollar AS per barrel.

Nariman Behravesh, ekonom kepala pada Global Insight, mengatakan, perusahaannya memutuskan untuk memperbaiki perkiraan harga minyak karena kenaikan sudah sangat cepat. Masalah pasokan dan permintaan minyak masih menjadi persoalan dalam jangka menengah.

Kenaikan harga minyak akan membuat pasar perumahan di AS terus melemah serta menekan semua sektor ekonomi, kata Behravesh.

Inflasi Asia

Tidak hanya di Eropa dan AS, kawasan Asia juga menderita karena laju inflasi yang tinggi. Beberapa negara sudah menaikkan tingkat suku bunganya. Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 8,75 persen. Selain itu, tingkat inflasi diperkirakan naik dari target awal 6,5-7,5 persen menjadi 11,5 persen-12,5 persen. Di Korea, upaya memperlambat laju inflasi juga dilakukan.

Menteri Keuangan Thailand Surapong Suebwonglee memperingatkan, kenaikan tingkat suku bunga akan menyusahkan kalangan usaha kecil dan menengah. ”Pada saat inflasi naik dengan cepat, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman yang juga naik cepat akan menyusahkan usaha kecil dan menengah. Baik pemerintah maupun sektor swasta harus bekerja sama untuk membantu mereka,” ujarnya.

Bank Sentral Thailand akan bertemu pada 16 Juli mendatang dan diperkirakan mereka akan menaikkan tingkat suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Suku bunga utama di Thailand tidak berubah sejak Agustus tahun lalu, sebesar 3,25 persen. (REUTERS/AP/AFP/JOE)


joe

Dapatkan artikel ini di URL:
http://entertainment.kompas.com/read/xml/2008/07/04/00405044/harga.minyak.semakin.tekan.perekonomian

No comments:

Rafael V. Mariano, chairperson of the Peasant Movement of the Philippines, 2000

Food has long been a political tool in US foreign policy. Twenty-five years ago USDA Secretary Earl Butz told the 1974 World Food Conference in Rome that food was a weapon, calling it 'one of the principal tools in our negotiating kit.' As far back as 1957 US Vice-President Hubert Humphrey told a US audience, "If you are looking for a way to get people to lean on you and to be dependent on you in terms of their cooperation with you, it seems to me that food dependence would be terrific."