Friday, October 10, 2008

BEJ Rontok

Investor Panik, Perdagangan Dihentikan

Kompas, Kamis, 9 Oktober 2008

Jakarta, Kompas - Otoritas Bursa Efek Indonesia akhirnya menghentikan sementara perdagangan (suspensi) seluruh saham dan derivatif, Rabu (8/10) pukul 11.06 WIB. Suspensi dilakukan karena penurunan indeks harga saham gabungan sudah berada di luar batas kewajaran.

Pada perdagangan saham sesi pertama kemarin, IHSG anjlok 168,05 poin atau turun 10,38 persen menjadi 1.451,66 poin. Penurunan IHSG sedalam itu dinilai tidak masuk akal karena total nilai transaksi perdagangan saham dan derivatif (turunan saham) sampai menjelang suspensi dilakukan relatif kecil, hanya Rp 952,16 miliar.

”Kalau nilai perdagangan Rp 3 triliun-Rp 4 triliun, penurunan 10 persen mungkin masih bisa diterima akal karena saat ini seluruh bursa global juga terkoreksi. Namun, dengan nilai transaksi di bawah Rp 1 triliun, penurunan itu sangat irasional. Ada sesuatu yang tidak tepat,” kata Direktur Utama BEI Erry Firmansyah.

Menurut Erry, BEI harus segera melakukan suspensi pada saat perdagangan saham tengah berlangsung untuk menghindari IHSG jatuh lebih dalam lagi. BEI melihat bahwa aksi jual saham secara membabi buta yang dilakukan investor masih akan terus berlanjut jika perdagangan tetap dibuka.

”Hari ini (kemarin) pasar sangat panik. Kami sedang mencermati faktor-faktor lain yang menyebabkan pasar kita turun di luar pengaruh sentimen negatif terhadap pelemahan bursa regional dan global,” kata Erry.

Menanggapi penghentian sementara perdagangan, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan, hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah dan tak bisa dihindari.

Sementara itu, semalam Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin rapat terbatas (ratas) yang membahas langkah pemerintah menyusul dihentikannya perdagangan saham di BEI. Dalam ratas itu hadir Wapres Jusuf Kalla, Deputi Gubernur Senior Miranda S Goeltom, Menteri Keuangan ad interim yang dijabat Menneg BUMN Sofyan Djalil, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, dan Ketua Umum Kadin MS Hidayat. Hingga pukul 23.30 ratas masih berlangsung.

Akumulasi 22,17 persen

Anjloknya perdagangan saham membuat akumulasi penurunan IHSG selama tiga hari terakhir mencapai 22,17 persen. Senin lalu, IHSG anjlok 10,03 persen dan Selasa turun lagi 1,76 persen.

Jika dibandingkan dengan level IHSG pada 2 Januari 2008 yang berada di level 2.731,51, posisi IHSG kemarin telah merosot 46,85 persen. Atau jika dengan posisi tertinggi IHSG pada 9 Januari 2008 pada level 2.830,26 telah turun 48,70 persen.

Beberapa saat setelah suspensi, BEI menggelar konferensi pers mendadak. Seusai konferensi pers, BEI juga melakukan pertemuan tertutup dengan petinggi semua perusahaan sekuritas di Indonesia. BEI belum dapat memastikan sampai kapan perdagangan akan dihentikan.

Pengamat pasar modal, Adler Manurung, menilai koreksi mendalam terhadap IHSG kemarin tak hanya dipengaruhi sentimen negatif investor terhadap pelemahan indeks bursa global menyusul krisis finansial di AS. Koreksi itu juga sangat dipengaruhi transaksi naked short selling yang dilakukan spekulan.

Transaksi naked short selling adalah aksi menjual saham oleh investor yang sama sekali tidak memiliki saham dan jaminan berupa dana di perusahaan sekuritas. Investor melakukan transaksi itu dengan harapan harga saham akan turun untuk kemudian dibeli kembali pada hari yang sama.

Sekalipun dilarang oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Adler memastikan transaksi itu marak terjadi di pasar modal Indonesia karena pelakunya tidak pernah diungkap dan ditindak.

Adapun sejumlah investor menilai kejatuhan bursa kemarin juga sangat dipengaruhi oleh penjualan saham secara paksa (forced sell) terkait dengan transaksi margin para investor. Dalam hal ini, perusahaan sekuritas menjual saham investor yang punya pinjaman pada harga berapa pun.

Komaruddin Muchtar, seorang investor, bercerita, ”Tadi sore saya dihubungi broker dan bilang saham-saham saya akan dijual paksa berapa pun harganya. Ini jelas akan membuat indeks makin terpuruk,” kata Komaruddin.

Pengamat pasar modal, Yanuar Rizky, memperkirakan, jual paksa ini masih akan terus terjadi saat perdagangan saham akan dibuka kembali. Menurut dia, jual paksa menjadi marak terjadi karena selama ini perusahaan sekuritas berlomba-lomba memberikan pinjaman dana kepada investor untuk membeli saham tanpa jaminan memadai.

”Saat saham jatuh seperti sekarang, broker tidak mau ambil risiko. Saham-saham investor pun diobral. Ini adalah akibat dari pasar kita yang sangat liar, tidak pernah diawasi,” katanya.

Pengamat pasar modal, Felix Sindhunata, mengatakan, BEI dan Bapepam-LK harus segera menjelaskan kepada publik apa yang terjadi. Menurut dia, anjloknya IHSG lebih dari 20 persen selama tiga hari menunjukkan ada sesuatu yang salah dalam struktur dan mekanisme investasi di BEI. (har/osd/REI)

har;osd;rei

Dapatkan artikel ini di URL:
http://entertainment.kompas.com/read/xml/2008/10/09/03003528/investor.panik.perdagangan.dihentikan

No comments:

Rafael V. Mariano, chairperson of the Peasant Movement of the Philippines, 2000

Food has long been a political tool in US foreign policy. Twenty-five years ago USDA Secretary Earl Butz told the 1974 World Food Conference in Rome that food was a weapon, calling it 'one of the principal tools in our negotiating kit.' As far back as 1957 US Vice-President Hubert Humphrey told a US audience, "If you are looking for a way to get people to lean on you and to be dependent on you in terms of their cooperation with you, it seems to me that food dependence would be terrific."