Tempo Interaktif
Minggu, 05 Oktober 2008 | 10:36 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kekhawatiran meningkat bahwa bank-bank dan institusi keuangan Wall Street akan menolak berpartisipasi dalam paket talangan US$ 700 miliar pemerintah AS. Hal ini akan membuat pasar global dan perekonomian dunia dalam kondisi berbahaya beberapa bulan mendatang.
"Ada perasaan yang berkembang bahwa bank-bank mungkin memutuskan bahwa hal itu terlalu berat," kata Thomas Caldwell, Kepala dan CEO Caldwell Financial, manajer dana US$ 1 miliar lebih.
Dua minggu sebelumnya semua mata di pasar memfokuskan pada Kongres AS dan upayanya untuk meloloskan peket talangan yang diajukan Menteri Keuangan Henry Paulson. Paket itu memungkinkan pemerintah AS untuk membeli aset-aset terkait hipotek milik bank-bank Amerika, yang secara teori membebaskan pasar kredit dan mendorong perdagangan global berputar kembali.
Ahad lalu, setelah undang-undang ditolak DPR, lebih dari US$ 1 triliun tersapu nilainya dari pasar AS saat pasar dilanda kepanikan. Undang-undang itu akhirnya lolos Jumat sore, setelah memasukkan pembebasan pajak US$ 149 miliar dan aturan tegas untuk bank-bank yang berpartisipasi.
Namun analis Wall Street meyakini penambahan begitu banyak aturan dalam undang-undang itu akan menghalangi partisipan potensial.
Salah satu elemen yang paling tidak menarik adalah penahanan penerimaan eksekutif di bank-bank yang berpartisipasi dalam paket talangan. Hal ini meliputi pembatasan upah terkait saham dan pelarangan penerimaan-penerimaan nonkontrak lainnya bagi eksekutif.
"Saya pikir aturan gado-gado ini cukup untuk membuat para eksekutif menolak berpartisipasi," ujar Caldwell.
Sumber yang dekat dengan Goldman Sachs dan Merrill Lynch mengindikasikan bank-bank itu mungkin tidak berpartisipasi dalam program talangan saat berkembang pandangan di Wall Street bahwa pasar akan bangkit dari dasar.
Para analis juga percaya bahwa keberadaan pemerintah sebagai sumber pembiayaan terakhir akan cukup untuk membuat pasar kredit berputar lagi, dan sejumlah bank tidak perlu ambil bagian terhadap aturan untuk sukses.
Wall Street mengakhiri minggu terburuknya dalam tujuh tahun hari Jumat. Indeks rata-rata industri Dow Jones ditutup melemah 157 poin pada 10.325,38.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Rafael V. Mariano, chairperson of the Peasant Movement of the Philippines, 2000
Food has long been a political tool in US foreign policy. Twenty-five years ago USDA Secretary Earl Butz told the 1974 World Food Conference in Rome that food was a weapon, calling it 'one of the principal tools in our negotiating kit.' As far back as 1957 US Vice-President Hubert Humphrey told a US audience, "If you are looking for a way to get people to lean on you and to be dependent on you in terms of their cooperation with you, it seems to me that food dependence would be terrific."
No comments:
Post a Comment