Monday, June 8, 2009

Kebijakan Ekonomi Indonesia 100 Persen Liberal

Kompas Online, Selasa, 9 Juni 2009 | 13:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa pihak menolak disebut sebagai penganut ekonomi neoliberalisme, namun, kenyataannya neoliberalisme telah merasuk hampir di seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia.

"Bohong kalau ada yang bilang Indonesia atau seseorang bebas dari neoliberal. Praktik ekonomi neoliberal telah digunakan dalam seluruh praktik investasi, perdagangan, dan keuangan di negara ini," ujar Indah Suksmaningsih, Direktur Eksekutiftif Institute Global for Justice (IGJ), dalam konferensi Pers Pernyataan Sikap IGJ, di Jakarta, (9/8).

Untuk memperkuat argumennya, Indah memberikan beberapa contoh. Yang pertama di bidang investasi, puncak penerapan aturan yang berwatak neoliberalisme adalah dalam Undang-undang investasi, yaitu dikeluarkannya undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM).

Undang-undang semasa Presiden Susilo Bambang Yudhono ini memberikan fasilitas, intensif, dan kemudahan yang sangat luas kepada penanam modal. "Penguasa tanah diperbolehkan hingga 95 tahun, zaman Hindia Belanda saja batasnya cuma sampai 75 tahun," terangnya.

Contoh kedua penerapan neoliberalisne di Indonesia berada di sektor keuangan. Dengan dikeluarkannya Undang-undang RI Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana yang telah direvisi dengan Undang-undang RI Nomor 3 tahun 2004 , menjadikan BI sebagai lembaga independen menjadi dasar dari liberalisasi keuangan. "BI tidak lagi berperan menyalurkan anggaran bagi investasi,akan tetapi hanya menjalankan fungsi moneter, menjaga nilai tukar mata uang dan inflasi dalam rangka makro ekonomi semata," terangnya.

Contoh selanjutnya, berada di bidang perdagangan. Pemerintah telah melakukan perjanjian perdagangan bebas Free Trade Agreement (FTA) dengan hampir semua negara maju dan Uni Eropa. Perjanjian perdagangan bebas hampir meliputi semua sektor.

"Apa yang disepakati FTA jauh lebih menyeluruh dibanding dengan WTO, karena menyangkut seluruh aspek liberalisasi perdagangan dan jasa. Contoh yang paling baru adalah rendahnya tarif bea masuk pada barang-barang ekspor," papar Indah.

Dan contoh terakhir, lanjutnya adalah ekonomi nasional yang didominasi modal asing. Ekonomi Indonesia telah digantung dalam utang yang sangat besar, saat ini jumlahnya mencapai 149 , 14 miliar USD hingga kuartal IV tahun 2008 . "Dengan utang sebesar itu, pemerintah dengan mudah disetir oleh pemodal asing. Dan tidak berani berbuat apa-apa," ujarnya.

"Jelas sudah kalau sekarang kita memang menganut ekonomi liberal, bukan kerakyatan lagi," tegas Indah



KOMPAS.com Rosdianah Dewi

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2009/0609/13313833Kebijakan.Ekonomi.Indonesia.100.Persen.Liberal

Rafael V. Mariano, chairperson of the Peasant Movement of the Philippines, 2000

Food has long been a political tool in US foreign policy. Twenty-five years ago USDA Secretary Earl Butz told the 1974 World Food Conference in Rome that food was a weapon, calling it 'one of the principal tools in our negotiating kit.' As far back as 1957 US Vice-President Hubert Humphrey told a US audience, "If you are looking for a way to get people to lean on you and to be dependent on you in terms of their cooperation with you, it seems to me that food dependence would be terrific."